"Seperti apa kau dikenang?" sebuah pertanyaan sederhana yang mempunyai makna mendalam sekaligus sebagai cambuk dalam diri. Kata-kata ini sering kali singgah di otak akhir-akhir ini. Ketika jantung sudah tidak lagi berdetak, telinga yang sudah tak lagi mendengar, dan mata tak dapat melihat lagi indahnya dunia. Lalu, seperti apa kau ingin dikenang ?
Mari kita renungkan sejenak tentang orang besar di bangsa ini. Kalau ada yang menyebutkan kata Jenderal Besar pasti di dalam otak kita secara cepat akan meyebutkan "Jenderal Soedirman". Selanjutnya timbul pertanyaan, seperti apa beliau dikenang? bagaimana beliau dikenang?
Salah satu prinsip hidup sang Jenderal besar adalah menempatkan akhlak mulia di atas segalanya. Ia pernah menjadi seorang guru agama dan mubaligh, yang berceramah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan ia menjadikan dirinya sebagai guru dan mubaligh yang berakhlak.
Semua para prajuritnya selalu mengenang Jendral Soedirman sebagai sosok eorang jenderal yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian dari wujud pelaksanaan jihad fi sabilillah. Dan pesan-pesan ini ia tanamkan kepada para anak buahnya, bahwa mereka yang gugur dalam perang ini tidaklah mati sia-sia, melainkan gugur sebagai syuhada.
Pak Dirman dalam keadaan sakit parah digerogoti TBC & paru2 tinggal satu- memimpin perang gerilya dari atas tandu. Bersama para gerilyawan yang beliau pimpin, berjuang keluar masuk hutan naik turun gunung demi memerdekakan kita anak cucu mereka. Berjuang dengan persenjataan seadanya, melawan musuh yang memiliki persenjataan modern didukung kekuatan laut dan udara. Bukan materi yang beliau kejar, bukan gaji besar, bukan fasilitas. Beliau bahkan tidak digaji. Presiden dan Perdana Menteri sudah ditangkap Belanda dalam Agresi Militer (Aksi Polisionil) Belanda ke-2.
Jiwa yang telah pergi akan semakin terlupakan seiring berjalannya waktu. Nabi Ibrahim AS yang sudah pasti akan dikenang dengan baik pun tetap berdoa :
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih. Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan” (QS. Asy Syu’ara : 83-85).
Selanjutnya kembali lagi kepada diri kita. Tanya pada diri; "seperti apa kau dikenang??".
Lakukan sesuatu yang berbeda dari orang lain dengan hati. Misalnya, bagi yang masih muda isilah hari-hari dengan hal yang positif, misalnya mengajar di TPA atau aktif di organisasi sosial untuk membantu sesama. Atau dengan belajar yang giat untuk menjadi ilmuan/ penemu seperti Ibnu Sina (Bapak Kedokteran), dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa membuat diri ini dikenang. Jika kita hanya biasa-biasa saja tanpa ada hal yang berbeda kita akan tertinggal, terlupakan, hilang tanpa dikenang.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (QS 13:11)